Hampir tengah hari kemarin kulewati jalan berbatu lagi. Dengan
motor pinjaman dari orang rumah tempat kami bermalam yang berbelas kasihan. Kupacu motor
menuju rumah sekretaris desa (Pesawaran Indah), karena kami sudah ditunggu camat padang
cermin disana. Setelah tiba, ternyata orang yang menunggu kami sudah
pulang.
Huft. Rencana berbelok.
Usai solat dan makan siang kami
menuju desa diatas bukit. Motor menderu, karena melaju hanya dengan
gigi satu. Rasany hampir 30 menit tiba di atas desa yang kami tuju. Dingin. Wajar, suhu
disini hanya berkisar 19'-20' saja. Pukul 2 siangpun suhu tak beranjak
naik sepertinya. Bertemu sekretaris kelompok tani yang banyak cerita kami hanya jadi pendengar setia. Menceritakan tentang bantuan yang akan mengalir ke pundi-pundi kelompok. Mereka berencana membuat peternakan kambing. Dengan
perencanaan yang cukup matang kurasa bagi orang awam seperti mereka.
Kamipun melihat lokasi.. Entah kata apa yang harus terucap saat aku
melihatnya. Ujung-ujungnya aku cuma bisa bilang 'wow'. Kandang dengan ukuran
6x12 meter itu berdiri tegak menjulang di atas jurang. Jurang yang
terbilang dangkal dengan ketinggian lebih dari 5meter. Kandang
setengah jadi itu hanya dikerjakan oleh kurang dari 30 orang saja. Dengan
penyangga dari batang kelapa yang juga aset dusun ini. Alas batang
bambu dari hutan dusun ini. Dusun kalihuga namanya.
Pada ketinggian
seperti ini, sudah banyak masyarakat berkebun kopi. Kami menjanjikan
(dan akupun berjanji pada diriku sendiri) untuk kembali dan melihat
proses pengerjaanya.
Tepat jam 3 sore kami turun gunung. Tujuan
selanjutnya adalah mata air dusun wonorejo. Karena untuk menuju air
terjun menempuh jarak lebih dari 5 km. Kurang dari 15menit kami sampai
di mata air. Kembali aku kehabisan kata-kata. Hanya 'wow'' dan Subhanallah
yang mengalir tersamar dari bibirku dibalik bola mataku yang jauh lebih
ekspresif menunjukkan kekaguman. Beberapa ceruk yang mengeluarkan
air terlihat. Dipasangi pipa-pipa dan selang-selang yang akan mengalirkan airnya kerumah-rumah. Dibalik itu, terhampar persawahan dengan susunan sengkedan.
Disampingnya hutan lebat yang sangat hijau memberi aksen angker. Batu-batu dengan ukuran besar mencuat dari lahan persawahan tempat
mata air bermunculan. Air jernih dan batu-batu kali yang tersusun
ditepinya seperti bak mandi alam. Perpaduan yang kontras antara hutan,
sawah, mata air, dan bebatuan itu justru memberi kesan alami.
Aku
mencelupkan kakiku kedalamnya. Brrrrrrrrr, rasa dingin menyergap hampir
diseluruh kakiku. Sibuk berpose untuk mengabadikan kenangan di tempat
yang belum tentu akan kami kunjungi lagi. Bermain air serasa ingin
mandi. Setengah kakiku sudah basah, namun rasa malu mencegahku
menceburkan diri didalamnya. Setelah memuaskan mata kamipun beranjak
meninggalkan mata air menuju tempat kami menginap masing-masing. Tentunya aku
yang terdekat karena hanya berjarak sekitar 2 km dari sumber mata air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar