Bagaimanapun juga,
mencegah lebih baik daripada mengobati. Tetapi apabila sudah terlanjur
menderita Post-power syndrome, maka diperlukan kesabaran dan
penerimaan yang luar biasa dari pasangan maupun anggota keluarga yang
tinggal serumah.
Hal
pertama yang perlu dilakukan adalah pemahaman bahwa penderita tidak sepenuhnya
menyadari gejala yang dia alami.
Tetapi
dengan melawan secara frontal pun bukan merupakan suatu cara yang bijaksana.
Lebih baik meminta pihak ketiga, seseorang yang mendapat respek dari yang
bersangkutan untuk memberikan nasihat atau melalui kegiatan-kegiatan yang dapat
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kedua,
sebaiknya belajar untuk menerima penderita apa adanya. Tidak merespons
kemarahan dengan hal yang sama. Disarankan agar penderita mempunyai berbagai
aktivitas untuk menyalurkan emosi negatif atau ketidakpuasan hidupnya secara
lebih konstruktif.
Dukungan lingkungan
terdekat, dalam hal ini keluarga, dan kematangan emosi seseorang sangat
berpengaruh dalam melewati masa krisis ini. Jika penderita melihat bahwa
orang-orang terdekatnya mampu memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya
atau ketidakmampuannya mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya
dan lebih mampu untuk berpikir secara dingin. Hal tersebut akan kembali
memunculkan kreativitas dan produktivitasnya, walaupun tidak sehebat
sebelumnya, sehingga akhirnya penderita dapat menemukan aktualisasi diri yang
baru dan melewati masa krisis ini dengan baik.
Orang
terdekat sebaiknya mengusahakan agar yang bersangkutan mempunyai berbagai
aktivitas yang dapat menyalurkan emosi negatif atau ketidakpuasan hidupnya
secara lebih konstruktif, seperti mengikuti kegiatan sosial yang menarik,
diminta memberikan ceramah dengan topik yang dikuasainya ketika ada acara
keluarga, mengajar keterampilan tertentu kepada orang yang memerlukan,
menjalani hobi berkebun, dan berolahraga.
Disamping
itu, seseorang yang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya di lingkungan
dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang
memiliki konflik emosi.
dari
berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar