Selasa, 11 Desember 2012

Solusi Menghadapi Penderita Post-power syndrome


Bagaimanapun juga, mencegah lebih baik daripada mengobati. Tetapi apabila sudah terlanjur menderita Post-power syndrome, maka diperlukan kesabaran dan penerimaan yang luar biasa dari pasangan maupun anggota keluarga yang tinggal serumah.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah pemahaman bahwa penderita tidak sepenuhnya menyadari gejala yang dia alami.
Tetapi dengan melawan secara frontal pun bukan merupakan suatu cara yang bijaksana. Lebih baik meminta pihak ketiga, seseorang yang mendapat respek dari yang bersangkutan untuk memberikan nasihat atau melalui kegiatan-kegiatan yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan.

Kedua, sebaiknya belajar untuk menerima penderita apa adanya. Tidak merespons kemarahan dengan hal yang sama. Disarankan agar penderita mempunyai berbagai aktivitas untuk menyalurkan emosi negatif atau ketidakpuasan hidupnya secara lebih konstruktif.

Dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh dalam melewati masa krisis ini. Jika penderita melihat bahwa orang-orang terdekatnya mampu memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya atau ketidakmampuannya mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu untuk berpikir secara dingin. Hal tersebut akan kembali memunculkan kreativitas dan produktivitasnya, walaupun tidak sehebat sebelumnya, sehingga akhirnya penderita dapat menemukan aktualisasi diri yang baru dan melewati masa krisis ini dengan baik.

Orang terdekat sebaiknya mengusahakan agar yang bersangkutan mempunyai berbagai aktivitas yang dapat menyalurkan emosi negatif atau ketidakpuasan hidupnya secara lebih konstruktif, seperti mengikuti kegiatan sosial yang menarik, diminta memberikan ceramah dengan topik yang dikuasainya ketika ada acara keluarga, mengajar keterampilan tertentu kepada orang yang memerlukan, menjalani hobi berkebun, dan berolahraga.

Disamping itu, seseorang yang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya di lingkungan dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.
dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar