“Barang-siapa menahan
marah padahal ia mampu untuk melampiaskan-nya, maka di hari kiamat Allah
akan memenuhi hatinya dengan keridhaannya” (Al hadits).
Rasul SAW tidak hanya
melarang kita marah. Tapi juga memberi jalan keluar. Ketika amarah memuncak,
kita dianjurkan untuk meredakannya dengan berwudhu, dan menunaikan shalat dua
rakaat. Berikut tips untuk meredakan marah ala Rasul SAW:
1. Berwudhu dan shalat.
Berwudhu akan mengurangi panasnya
“bara” amarah di dalam hati. Dan shalat akan membuat pernafasan menjadi lebih
pelan dan tampak rileks. Cara ini ampuh menurunkan tekanan psikologis dan
stress.
Jika ketidakadilan
terjadi pada kita, tak diragukan lagi pasti marah menggelegak. Jangan sampai
marah itu bersifat merusak dan membuat kita hilang kendali. Tetaplah fokus dan
selektif. Gunakan bahasa yang lugas tapi positif dengan nada suara yang rendah.
Ini akan membuat keberatan lebih diperhatikan dibandingkan mengungkapkannya
dengan nada tinggi dan keras, apalagi memaki dan menghujat.
3. Memelihara binatang.
Hewan peliharaan tak menuntut banyak,
kecuali makanan dan perhatian. Namun pada saat yang sama, dia akan memberikan
tuannya sesuatu yang berharga. Jangan anggap binatang peliharaan tak punya
perasaan, mereka itu lebih peka dan mampu ‘memahami’ kita dengan lebih baik.
Mereka tak egois atau mau menang sendiri, seperti manusia. Memelihara binatang
merupakan tindakan bagus sebagai awal untuk memperhatikan lingkungan sekitar.
Penelitian menunjukkan secara fisik dan emosi pemilik binatang peliharaan lebih
baik ketimbang yang tidak.
4. Mendengarkan.
Cobalah untuk menutup mulut, diam,
mendengarkan. Terbukti aksi diam mampu meredam amarah yang memuncak saat
berseteru dengan lawan bicara. Jika saatnya bicara,maka kita akan berbicara
dengan nada lebih bijak dan akan membuat orang lain belajar pada kita.
5. Tingkatkan empati.
Dengan melihat situasi dari kacamata
orang lain, kita akan menemukan kecakapan baru bisa merasakan apa yang mereka
rasakan. Orang akan lebih menghargai kita.
6. Toleransi.
Kata ini sangat efektif, menerima
orang lain seperti apa adanya, bukan ingin menjadikan mereka sesuai kehendak
kita. Di waktu lain, saat kita bicara, akan lebih didengarkan oleh orang lain.
Sebabnya tak lain sikap toleran yang kita tunjukkan itu.
7. Memaafkan.
Memaafkan, betapa pun luka itu masih
membekas dalam di hati dan jantung kita. Meski secara akal tampaknya hal yang
menyakitkan itu tak mungkin dimaafkan, kenapa tak melepaskan amarah dengan
memaafkan orang lain yang telah menyakiti hati? Yakinlah, ada semacam
‘pelepasan’ beban yang membuat hidupjauh lebih ringan untuk dijalani.
8. Miliki sahabat.
Seorang sahabat, orang kepercayaan,
dapat memberi dukungan, atau bahkan mengasuh anak-anak saat kita harus pergi
mendadak. Sahabat juga tempat untuk berbagi, bahkan untuk hal-hal yang tak
dapat kita share ke pasangan. Dengan berbagi, gelegak amarah menemukan
pelepasan sehingga bisa diredakan.
9. Seringlah tertawa.
Amarah dan humor memang tak sama dalam
satu waktu. Namun tak ada salahnya menertawakan diri-sendiri saat suasana
sedang tak enak. Amarah yang siap keluar bakal mereda jika kita bisa menganggap
tragedi hanyalah banyolan belaka.
10. Lebih religius
Jika selama ini tak aktif di
pengajian, kenapa tak memulainya lagi? Komunitas spiritual akan membantu diri
kita mencapai prospek filosofi yang positif. Outlook positif ini pada akhirnya
akan mengekang segala kesinisan, amarah, dan juga agresi.
Sumber : Alia Magazine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar